Naik gunung ._______. Sama sekali gak pernah ngebayangin
sebelumnya sih. Serius. Orang tiap saat adik saya naik gunung saya cengin. Iya,
emang salah saya sih. Sumpah, rasanya tuh, sesuatu. Ih, sesuatu banget. Gak, cuma
gak pernah ngebayangin aja bawa-bawa carriel enampuluh liter dipunggung. Ih,
sesuatu banget, bener deh.
Semua mulai di beberapa meter setelah Pintu Masuk Gunung
Bunder, Bogor. Turun dari tronton udah gendong-gendong carriel. Iya, ciyusan. Ciyuuuuuuus.
Kami naik ke.....ke arah camp. Dan kebetulan di situ jalannya bagus, tapi tetep
aja, jauh. Setelah kesekian kali rest (baik yang berdiri atau pun duduk) dan di
php-in Kakak Senior dengan kata-kata ‘dikit lagi kok, dek..’ sekitar 259576
kali kita sampai....sampai di....taraaaa, tempat makan siang. Setelah makan
siang baru kita naik yang sesungguhnya ke camp. Jalannya agak ngeri...dikit, lumayan
deh ngeri-ngeri sedap karena bawa carriel yang berat, batuan kasar, dan becek. Satu
tahap sebelum sampai camp (lokasi buat kemah) kami disambut hujan. Karena berangkat
agak terakhir, lapak kemah kami ada di ujung dunia. Sangat terpencil dari peleton
dan kamar mandi. Hmpft.
Kami mulai buat tenda kelompok. Diiringi hujan
rintik-rintik. Dan setelah tenda terbangun, esensi hujan rintik tersebut sangat
terusak karena saya harus gali parit di sekeliling tenda dengan sendok nasi yang besi. :|
Setelah rapih tenda, carriel carriel dimasukkan ke dalam (sekitar pukul empat sore) kita istirahat bareng sembari menunggu games membuat bivak yang akan diadakan sekitar 15 menit lagi. Tapi games itu gagal karena tiba-tiba cuaca berubah
Tidur di tenda perlu di ceritain gak ya? Perlu deh.
Saya tidur di dekat pintu masuk, dan entah gimana ceritanya
resleting bawah tenda gak ketutup. Padahal saya udah masuk di sleeping bag,
pakai kaus kaki juga lagi, entah kenapa terbangun karena kaki kedinginan. Pas saya
melek, ternyata...sleeping bag bagian bawah saya udah agak diluar dan dikit
lagi nyelup ke parit yang basah dan sedikit tergenangi air karena hujan. -___-
Paginya, bangun jam setengah tiga pagi. Lo semua harus tau
rasanya bangun jam tiga pagi habis ujan dan masih gerimis turun kabut pake
jaket tipis dan kaki cuma pake sendal gunung dan harus ngantri kamar mandi
dengan antrian kira-kira 2-3 meter ke belakang. Yup :’)
Singkat kata, pagi menjelang setelah kami semua Qiyamul Lail
bareng dengan Imam yang subhanallah banget dan shalat subuh. Jam 6 pagi kita
udah ke lapangan dan mulai olahraga, kemudian sarapan (saya juga gak ngerti
kenapa kelompok saya ganas banget makannya, saat kelompok lain belum selesai,
saya dan Suci udah mau cuci nampan makan kelompok. Saat kami selesai cuci
nampan baru lah kelompok lain mulai cuci nampan. Kalo kata Lukman sih ‘bar-bar’)
dan tracking.
Tracking adalah suatu hal yang membuat saya berpikir kalau
manusia itu sebenernya “deep inside” punya kemampuan gak terbatas. Manusia bisa
berbuat melampaui apa pun. Saya belajar how to overcome our fear. Dan alam
adalah supporting properties yang amat kompleks dan menarik.
Pos Survival membuka mata saya bahwa manusia harus sedikit
dipaksa keluar dari zona nyaman untuk tahu hal baru. Kalian tahu saya melakukan
apa? I ate oatmeal with coffee and tea spreaded upon. Itu yang kelihatan mata. Setelah
saya cicip-cicip dan ada something yang bergulir nyisa di lidah saya. Curious,
I stick my tongue out and put ‘the thing’ on my palm. Larva. Again, I put it in
my mouth and swallow it. Then, ada kunyit mentah dan lengkuas yang harus saya
kunyah dan telan. Agak susah ditelan, pedas, tapi sesudahnya wangi di mulut. Yang
terakhir saya harus gigit cacing. Itu aja sih. I was pretty proud of myself,
cause I managed my fear and found out something new about it.
Pos Konservasi. Masih agak kalem dengan shocking-things at
the first. Akhirnya hanya mungutin sampah di sungai.
Selama perjalanan ke pos ke tiga, saya benar merasakan
manusia itu harus dipaksa, dan kadang prinsip ‘Abi selalu benar’ itu ada
benarnya juga. (Kalau di kampung, saudara saya yang orang Jakarta semua bisa
dengan asik minum air langsung dari sumur tanah. Saya? Ogah. Gak mau meskipun
setetes pun. Tapi kemudian, stok air minum kelompok yang dirampok di Pos 1
membuat saya—mau gak mau—minum dari sungai langsung. Dan itu segar sekali. I chuckled
each time I remember this moment)
Di Pos Kerohanian, saya belajar pasrah, dan positive
thinking itu harus selalu didahulukan lebih dari apapun. Serius. Letak Pos-nya
itu di aliran air, kami suruh pejam mata, saat di perintah buka mulut, langsung
kunyah apa yang di beri. Saya, pasrah, mau ngapain lagi? Kayaknya disiap-siapin
lah makan ikan mentah juga...... tapi saya malah di kasih cookies dan kacang
mete :)
Di Pos Perairan selain lihat Planaria langsung (sumpah, beda
jauh dari yang ada di buku Biologi SMA) berendam, minum air langsung dari
sungai, juga...kunyah jahe abis berendam di air dingin itu bener bener enak :)
kalah deh permen jahe-jahean.
Pos Botani, selain ngakak abis karena ulah Lukman dan Yosua,
kita mereview ingatan tentang tumbuhan dari yang rendah sampai yang tinggi.
(Malunya, saya gak bisa bedain jenis-jenis tulang daun) dan makan lagi, ada
batang Begonia yang rasanya kaya Buah Cermai, kemudian Tepus yang habis
dikunyah membuat mulut anda terasa seperti kamar mandi baru disiram wipol
karena bau karbol~ dan bawang merah yang pedessssssssshhhhh :’’’’’’’’’’’ setelah itu kita
emut-emut jahe enak :D
Pos Zoologi itu akhir
penantian. Saya udah pasrah mau disuruh kunyah apa lagi, terserah deh, yang
penting cepat selesai. Ternyata cuma pegang bekicot dan ular. Sayang gak tau
cara gunain kompas bidik.
Setelah selesai ada games kecil buat kelompok yang nunggu.
(kebetulan jalan pertama selesai kedua :D) dan ganti baju. Syukurlah sempet
berendem jadi gak perlu ngantri mandi karena kamar mandinya penuh.
Malamnya presentasi kelompok. Seriusan, disitu saya belajar
handling things, saat saya belum belajar dan dua orang yang udah kelompok kami
siapin justru sakit. Dan juga harus jadi perempuan satu-satunya di kelompok
yang rela-relain keluar buat bolak balik tenda-peleton-tenda-tenda
konsumsi-tenda lagi buat jemput Pak Ketua dan ngambil ransum kelompok. Pengorbanan.
Saat orang-orang makan cemilan saya belajar materi presentasi. Dan, syukurnya,
Yosua akhirnya sehat kembali dan maju. Saya maju gantiin Izma. Ternyata,
kelompok itu amat penting :) karena Suci dan Ima yang ikut diskusi bareng Kak
Ana inget masalah salmon. (saya dengar tapi selintas dan karena gak fokus jadi
gak inget pas maju presentasi)
Pagi bangun dengan menggigil karena gak pake sleeping bag. Akhirnya
saya tidur bareng Annisah berselimutkan sleeping bag. :’)
Agenda hari itu hanya bongkar tenda dan evaluasi dan
siap-siap pulang. Akhirnya sampe juga di Jakarta pukul tiga sore. Saya pribadi
mau ngucapin double wow buat kakak-kakak yang udah bikin agenda begini. Keren! dan, hutan Pinus mercusii -nya bageuuuusss, apalagi pas turun kabut \:D/
kelompok 4 - penyu belimbing ber nametag kecoak |