Rabu, 26 September 2012

Trip. 2123092012.


Naik gunung ._______. Sama sekali gak pernah ngebayangin sebelumnya sih. Serius. Orang tiap saat adik saya naik gunung saya cengin. Iya, emang salah saya sih. Sumpah, rasanya tuh, sesuatu. Ih, sesuatu banget. Gak, cuma gak pernah ngebayangin aja bawa-bawa carriel enampuluh liter dipunggung. Ih, sesuatu banget, bener deh.



Semua mulai di beberapa meter setelah Pintu Masuk Gunung Bunder, Bogor. Turun dari tronton udah gendong-gendong carriel. Iya, ciyusan. Ciyuuuuuuus. Kami naik ke.....ke arah camp. Dan kebetulan di situ jalannya bagus, tapi tetep aja, jauh. Setelah kesekian kali rest (baik yang berdiri atau pun duduk) dan di php-in Kakak Senior dengan kata-kata ‘dikit lagi kok, dek..’ sekitar 259576 kali kita sampai....sampai di....taraaaa, tempat makan siang. Setelah makan siang baru kita naik yang sesungguhnya ke camp. Jalannya agak ngeri...dikit, lumayan deh ngeri-ngeri sedap karena bawa carriel yang berat, batuan kasar, dan becek. Satu tahap sebelum sampai camp (lokasi buat kemah) kami disambut hujan. Karena berangkat agak terakhir, lapak kemah kami ada di ujung dunia. Sangat terpencil dari peleton dan kamar mandi. Hmpft.

Kami mulai buat tenda kelompok. Diiringi hujan rintik-rintik. Dan setelah tenda terbangun, esensi hujan rintik tersebut sangat terusak karena saya harus gali parit di sekeliling  tenda dengan sendok nasi yang besi. :|

Setelah rapih tenda, carriel carriel dimasukkan ke dalam (sekitar pukul empat sore) kita istirahat bareng sembari menunggu games membuat bivak yang akan diadakan sekitar 15 menit lagi. Tapi games itu gagal karena tiba-tiba cuaca berubah setelah negara api menyerang oh bukan, hujan deras. Akhirnya game diganti di dalam tenda peleton yang ternyata kebanjiran juga. Malamnya ada materi.

Tidur di tenda perlu di ceritain gak ya? Perlu deh. 

Saya tidur di dekat pintu masuk, dan entah gimana ceritanya resleting bawah tenda gak ketutup. Padahal saya udah masuk di sleeping bag, pakai kaus kaki juga lagi, entah kenapa terbangun karena kaki kedinginan. Pas saya melek, ternyata...sleeping bag bagian bawah saya udah agak diluar dan dikit lagi nyelup ke parit yang basah dan sedikit tergenangi air karena hujan. -___-

Paginya, bangun jam setengah tiga pagi. Lo semua harus tau rasanya bangun jam tiga pagi habis ujan dan masih gerimis turun kabut pake jaket tipis dan kaki cuma pake sendal gunung dan harus ngantri kamar mandi dengan antrian kira-kira 2-3 meter ke belakang. Yup :’)

Singkat kata, pagi menjelang setelah kami semua Qiyamul Lail bareng dengan Imam yang subhanallah banget dan shalat subuh. Jam 6 pagi kita udah ke lapangan dan mulai olahraga, kemudian sarapan (saya juga gak ngerti kenapa kelompok saya ganas banget makannya, saat kelompok lain belum selesai, saya dan Suci udah mau cuci nampan makan kelompok. Saat kami selesai cuci nampan baru lah kelompok lain mulai cuci nampan. Kalo kata Lukman sih ‘bar-bar’) dan tracking.

Tracking adalah suatu hal yang membuat saya berpikir kalau manusia itu sebenernya “deep inside” punya kemampuan gak terbatas. Manusia bisa berbuat melampaui apa pun. Saya belajar how to overcome our fear. Dan alam adalah supporting properties yang amat kompleks dan menarik.

Pos Survival membuka mata saya bahwa manusia harus sedikit dipaksa keluar dari zona nyaman untuk tahu hal baru. Kalian tahu saya melakukan apa? I ate oatmeal with coffee and tea spreaded upon. Itu yang kelihatan mata. Setelah saya cicip-cicip dan ada something yang bergulir nyisa di lidah saya. Curious, I stick my tongue out and put ‘the thing’ on my palm. Larva. Again, I put it in my mouth and swallow it. Then, ada kunyit mentah dan lengkuas yang harus saya kunyah dan telan. Agak susah ditelan, pedas, tapi sesudahnya wangi di mulut. Yang terakhir saya harus gigit cacing. Itu aja sih. I was pretty proud of myself, cause I managed my fear and found out something new about it.

Pos Konservasi. Masih agak kalem dengan shocking-things at the first. Akhirnya hanya mungutin sampah di sungai.

Selama perjalanan ke pos ke tiga, saya benar merasakan manusia itu harus dipaksa, dan kadang prinsip ‘Abi selalu benar’ itu ada benarnya juga. (Kalau di kampung, saudara saya yang orang Jakarta semua bisa dengan asik minum air langsung dari sumur tanah. Saya? Ogah. Gak mau meskipun setetes pun. Tapi kemudian, stok air minum kelompok yang dirampok di Pos 1 membuat saya—mau gak mau—minum dari sungai langsung. Dan itu segar sekali. I chuckled each time I remember this moment)

Di Pos Kerohanian, saya belajar pasrah, dan positive thinking itu harus selalu didahulukan lebih dari apapun. Serius. Letak Pos-nya itu di aliran air, kami suruh pejam mata, saat di perintah buka mulut, langsung kunyah apa yang di beri. Saya, pasrah, mau ngapain lagi? Kayaknya disiap-siapin lah makan ikan mentah juga...... tapi saya malah di kasih cookies dan kacang mete :)

Di Pos Perairan selain lihat Planaria langsung (sumpah, beda jauh dari yang ada di buku Biologi SMA) berendam, minum air langsung dari sungai, juga...kunyah jahe abis berendam di air dingin itu bener bener enak :) kalah deh permen jahe-jahean.

Pos Botani, selain ngakak abis karena ulah Lukman dan Yosua, kita mereview ingatan tentang tumbuhan dari yang rendah sampai yang tinggi. (Malunya, saya gak bisa bedain jenis-jenis tulang daun) dan makan lagi, ada batang Begonia yang rasanya kaya Buah Cermai, kemudian Tepus yang habis dikunyah membuat mulut anda terasa seperti kamar mandi baru disiram wipol karena bau karbol~ dan bawang merah yang pedessssssssshhhhh :’’’’’’’’’’’ setelah itu kita emut-emut jahe enak :D

Pos  Zoologi itu akhir penantian. Saya udah pasrah mau disuruh kunyah apa lagi, terserah deh, yang penting cepat selesai. Ternyata cuma pegang bekicot dan ular. Sayang gak tau cara gunain kompas bidik.
Setelah selesai ada games kecil buat kelompok yang nunggu. (kebetulan jalan pertama selesai kedua :D) dan ganti baju. Syukurlah sempet berendem jadi gak perlu ngantri mandi karena kamar mandinya penuh.

Malamnya presentasi kelompok. Seriusan, disitu saya belajar handling things, saat saya belum belajar dan dua orang yang udah kelompok kami siapin justru sakit. Dan juga harus jadi perempuan satu-satunya di kelompok yang rela-relain keluar buat bolak balik tenda-peleton-tenda-tenda konsumsi-tenda lagi buat jemput Pak Ketua dan ngambil ransum kelompok. Pengorbanan. Saat orang-orang makan cemilan saya belajar materi presentasi. Dan, syukurnya, Yosua akhirnya sehat kembali dan maju. Saya maju gantiin Izma. Ternyata, kelompok itu amat penting :) karena Suci dan Ima yang ikut diskusi bareng Kak Ana inget masalah salmon. (saya dengar tapi selintas dan karena gak fokus jadi gak inget pas maju presentasi)

Pagi bangun dengan menggigil karena gak pake sleeping bag. Akhirnya saya tidur bareng Annisah berselimutkan sleeping bag. :’)

Agenda hari itu hanya bongkar tenda dan evaluasi dan siap-siap pulang. Akhirnya sampe juga di Jakarta pukul tiga sore. Saya pribadi mau ngucapin double wow buat kakak-kakak yang udah bikin agenda begini. Keren! dan, hutan Pinus mercusii -nya bageuuuusss, apalagi pas turun kabut \:D/

kelompok 4 - penyu belimbing ber nametag kecoak

Selasa, 18 September 2012

yay! epic labilness!


Jadi di Biologi itu ada yang namanya Kelompok Studi. Organisasi yang menjurus ke-akademik dengan spesialisasi yang berbeda. Ada tiga, yang paling pertama berdiri itu KPB Nycticorax (Burung), lalu KSP Macaca (Primata), dan yang paling baru CMC Acropora (Laut).

Question: Jadi, pilih yang mana, Yan?


Pertama—pas interview—ditanya sama kakak tingkat minat ke mana.

K: “Jadi minat ke mana nih, Dek?” (setelah dijelasin panjang lebar)
S: “Laut kali, ya.” (mengingat teman saya ada yang masuk jurusan kelautan #dangkal)
K: “Kenapa?”
S: (masa iya jawab teman saya ada yang masuk kelautan, ketauan dong dangkalnya)
S: *mikir*
(akhirnya jawab)
S: “Ada Paus...” *krik*
  
(anak Cosinus pasti bisa mengerti kejanggalan disini. I’ve got no idea of what I’m saying)

Kedua, baca booklet MPA. Ada lagi penjelasan tentang Kelompok Studi.

“KPB Nycticorax berdiri tanggal 25 April 1995, oleh Bapak....”
(Wah lebih tua sehari dari Saya. Pilih ini aja apa? Keren juga sih namanya Nycticorax. #wayanitudangkal #dangkalituwayan)

Ketiga—setelah ada penjelasan lebih lanjut, ada demo dan stand khusus—saya berubah pikiran lagi.

“Macaca aja deh. Ternyata bidangnya lebih luas.”

Pffft diri sendiri.

Pesan Moral: Kenali dulu lebih dekat, telaah lebih lanjut, baru putuskan.

Minggu, 02 September 2012

Harusnya sih gak dipublikasi. Tapi tiba-tiba kepublikasi. Gimana dong?

Baru aja pulang dari Ulangtahun Iki bareng aCos. Kemudian makan eskrim sama Puspa. Lalu main ke rumah Rifo. Sampe rumah bales e-mail yang panjang sekali dari Hasan dengan balasan yang kurang lebih sama panjang. Dan rangkaian pesan singkat dari Adhita.

Sekarang saya 'gak sendiri' lagi. Now, I can proudly say that they're my friends. :')

Say I'm a melancholy person. Say it. Aloud in front of my face.

I'm tiredly missing them all. Orang-orang yang setiap hari bisa saya temui dengan hanya menoleh dan berjalan beberapa langkah. Sekarang mereka punya battle yang berbeda dari saya. Setiap orang punya arena yang sangat berbeda. Arena ini tidak hanya berupa lahan akademik tapi juga lahan eksplorasi diri sendiri. Area yang...hanya diri mereka sendiri yang tahu bagaimana keadaannya.

Apalagi....sekarang saya kangen Abror. Yang saya gak tahu bagaimana cara ngontaknya padahal dulu nyaris setiap hari kita pulang bareng. Karena IU, Bror. Lagu IU yang ada burung kakaktuanya (eh kakaktua, ya? Parrot deh pokoknya.) itu di mainin berulangkali sama Puspa, di kamar Rifo. Soalnya gak mungkin juga kan saya tiba-tiba kirim pesan isinya hanya 'kangen'. Gengsi. Ih, lucu banget.

“Simple things bring them to mind like a pale blue sky, gentle wind or even a storm cloud on the horizon. You open your heart knowing that there’s a chance it may be broken one day and in opening your heart, you experience a love and joy that you never dreamed possible. You find that being vulnerable is the only way to allow your heart to feel true pleasure that’s so real it scares you. You find strength in knowing you have a true friend and possibly a soul mate who will remain loyal to the end. Life seems completely different, exciting and worthwhile. Your only hope and security is in knowing that they are a part of your life.”

 

Sigh. I'm too attached.
Yeah, just take care wherever you stand, fellas.