Jumat, 29 Maret 2013

Ngarep.


“ Kapan saya harus melihat dunia?

Hampir semua ajaran luhur memiliki apa yang disebut: melakukan perjalanan. Itu ritual klasik manusia—dalam kasus tertentu bahkan masuk dalam ritual suci agama. Kenapa kita harus melakukan perjalanan? Agar bisa melihat banyak hal. Kenapa kita harus melihat banyak hal? Well, jawabannya panjang lebar, pendeknya mungkin agar kita bisa tahu ada banyak perbedaan dan persamaan setiap bangsa dan tempat. Itu selalu memberikan pemahaman hidup yang baik. Saya tidak akan berlama-lama membahasnya, karena tulisan pendek ini fokusnya bukan itu. Melainkan menjawab pertanyaan: kapan saya harus melihat dunia?

Secara sederhana ada tiga fase kehidupan manusia. Masa kanak-kanak, masa muda, masa tuanya. Menurut konsep (lagi-lagi) sederhana:
  • Masa kanak-kanak itu memiliki ciri: punya banyak waktu dan banyak energi, tapi sayangnya tidak punya uang.
  • Masa muda memiliki ciri: punya sedikit uang dan energi, tapi sayangnya tidak punya waktu.
  • Masa tua memiliki ciri: punya banyak uang dan banyak waktu, tapi tidak tersisa lagi energi

Kapan saya harus melihat dunia? Jawabannya adalah sekarang. Lakukanlah di masa muda kita. Itu benar, kebanyakan dari kita masih sekolah atau kuliah, kalaupun bekerja, baru merintis karir pekerjaan. Tetapi sekaranglah saat keemasan untuk melihat dunia. Mumpung masih punya energi, tenaga. Mumpung masih bisa berlari semau yang kita inginkan, mendaki setinggi yang kita mau, menyelam sedalam yang kita kuat, tanpa harus mencemaskan banyak resiko. Tapi kan itu semua butuh uang? Itu tidak terlalu tepat, melihat dunia tidak selalu membutuhkan uang banyak. Nah, yang pasti, melihat dunia jelas membutuhkan niat yang banyak.

Saya mengenal orang tua yang mulai melihat dunia ketika mereka berusia lima puluh; apakah itu terlambat? Tentu tidak. Bahkan boleh jadi jauh lebih siap, punya uang, mapan, tidak perlu mencemaskan banyak hal, bisa melakukan perjalanan mewah. Tetapi jika mereka bisa kembali ke masa muda, perjalanan yang dilakukan di masa muda, boleh jadi akan lebih spesial dan memberikan wisdom tak terbilang saat ini. Atau, ketika masa tua datang, mengulang perjalanan masa muda, bisa jadi momen nostalgia yang spesial.

Berangkatlah melakukan perjalanan. Tengok banyak sudut dunia—meskipun dunia ini bulat, jadi tidak ada sudutnya. Datangi banyak tempat, pelajari banyak hal. Kita kadang salah paham dalam banyak hal. Kita kadang salah paham dalam banyak, simply karena kita tidak mengenalnya dengan baik. Kita tidak tahu betapa indahnya sesuatu, simply karena kita tidak mengenalnya dengan baik. Sesuatu yang istimewa itu boleh jadi datang dari hal-hal penuh misteri. Dan kalau saya boleh bergurau, peperangan dunia ini bisa berkurang banyak jika orang saling mengenal dengan baik.

Berangkatlah! Jangan menatap dunia dari jendela itu-itu saja. Jika punya keterbatasan, lakukan dalam skala terbatas. Menyisir kota, kampung tempat tinggal sendiri juga perjalanan melihat dunia. Kita tidak bicara soal jumlah, jauh, seberapa banyak, kita bicara tentang melihat dunia. Maka semoga itu bisa mencerahkan. ”

Ini saya ambil dari facebooknya Tere-Liye.
Cantik, seperti biasa, juga menggugah. 
Tidak ada salahnya benar-benar menuliskan satu daftar harapan untuk melihat salah satu dari breathtaking-scenery di muka bumi. Tidak ada salahnya meng-agendakan pergi ke luar kota bersama teman. Tidak ada salahnya pula membulatkan niat dan merencanakan dengan matang pergi ke kampung halaman bersama adik—hanya berdua. Tidak ada salahnya esok pagi mengajak ayah berjalan berkeliling daerah sekitar dan tidak menolak ajakannya untuk berjalan di sawah suatu waktu saat berlibur.

Inti post ini sesungguhnya: Mamaaaaa ajak aku ke Mandalawangi, plis plis plis siapapun ayuk ke Mandalawangi. Sekarang sekarang ini lagi mekar ayoooooook.

I have not been able to think that there IS such a wonderful place right near you. :)
Kesana yuk, mihihihi X)