Jumat, 31 Mei 2013

karena kamu kami ada

Kawan

Suci Rahmawati

Dua langkah aku bersama bayanganmu..
Awan menghitam, kau sandarkan pilumu padaku..
Dua langkah aku mengejar bersama sisa pijakanmu..
Tangis sang tameng, kau dekap aku mencari hangat jiwa..
Dua langkah aku terdiam bersama hembus angin yang kau sisakan..
Kau tertawa mencari ramai candaku..
Dua langkah dan aku jatuh..
Aku jatuh...
Ku rasakan sakit..
Aku mendendam..
Engkau melejit, dan aku tak bisa mengekormu..
Engkau terbang dan aku tak bisa menjangkaumu,

Tapi tenanglah, aku menyayangimu, aku merasakan hangat bahagiamu, aku merasakan tawamu dari jauh..
Aku membela hidupmu dari kejam alam..
Aku berdiri kokoh menghalang topan untukmu..
Kita akan menggambar bahagia yang sama walau dengan manis yang berbeda...
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
baris demi baris ini aku hayati dalam perjalanan pulang, mengusir rasa bosanku yang terlampau akut. tapi aku salah, baris demi baris ini begitu menyayat hatiku hingga aku menghabiskan waktu berjalanku dengan merenung, berada dalam kondisi antara sadar dan melamun. merenung dan melamunkan banyak hal yang tiba tiba memenuhi dadaku, hingga dadaku terasa pepat dan mataku terasa perih.

aku tidak bisa mendefinisikan kata sahabat, dibandingkan mendefinisikan kata sahabat aku lebih memilih untuk menjabarkan definisi tentang hal-hal lain yang bersifat jauh lebih nyata, konkrit. 

memangnya sahabat itu bersifat abstrak, yan?
lalu apa arti sahabat untukmu, yan?

aku akan menarik nafas panjang dan mulai menyusun kalimat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

aku tidak banyak memiliki sahabat. sahabat-sahabatku itu hanya segelintir, secuplik orang yang berhati jauh lebih lapang dari kebanyakan orang biasa. ciptaan Tuhan yang paling hebat yang diciptakan resisten akan kerasnya kepalaku, tajamnya ucapanku, serta ketergesaan gerakanku. lebih lagi, mereka resisten terhadap ketidakpekaan dan kemasabodohan sikapku.

senyum-senyum mereka menguatkan dan menabahkan, serupa bunga Hellebore yang beranjak mekar menancapkan kaki di menggigitnya musim dingin.

tawa riang dan canda mereka serupa dengan matahari terbenam yang kerap kali kutatapi dengan termangu di jalan pulang. hangat tawa mereka serupa semburat merah kekuningan atau semburat warna merah muda keunguan di ufuk barat sana, menyelimuti jalan pulangku yang hampa dan sendiri dengan hangat--hangat yang erat, lekat.

saran dan nasihat mereka serupa temaram lampu jalan di pukul delapan malam daerah ibu kota jakarta. yang menemani dan menuntun dengan lembut, menghilangkan rasa kebas kesepian akibat angin malam yang dengan tega dan tak terperi menghembusi tubuhku.

pun muramnya wajah mereka, serupa dengan kabut tebal yang hadir di siang hari. bukan pada tempatnya, menyamarkan keindahan sang hutan, dan menyulitkan para pendaki. ketahuilah, aku pendaki itu, yang menapaki setapak demi setapak hutan hati mereka, menyibak jalan-jalan baru untuk temukan satu tempat indah bernama bahagia.

juga tangis mereka seperti hujan dingin yang menusuk, menusuk kulitku dan menembusi hatiku dengan tetes serupa jejarum tajam. kabut dan hujan selalu menyulitkan pendaki, tapi aku percaya 

dengan baris terakhir yang kau semat indahkan dalam puisimu.

Selasa, 14 Mei 2013

tiga belas kosong lima.

hari ini masih tanggal tiga belas. tiga belas kosong lima. malam melarut, tapi kamarku benderang. cahayanya melebihi ribuan kunang-kunang. 
hari ini masih tanggal tiga belas. tiga belas kosong lima dua ribu tiga belas. ternyata tanggal cantik, bahkan aku baru menyadarinya saat mengetik ini.
hari ini masih tanggal tiga belas. tapi detik ini sudah empat belas. empat belas kosong lima. habis sudah tanggal cantiknya.

seperti semangatku, yang entah mengapa, layu terkulai. katanya, seperti ikan kehilangan tulang, tercerabut hingga ke akar.

hari ini sudah tanggal empat belas. dua belas jam yang kuutarakan untuk ditambahkan dalam hari-hariku, ditolak.
hari ini sudah tanggal empat belas. aku masih berkejaran dengan detik.
hari ini sudah tanggal empat belas. detik-detik menjelma jadi titik di antara kata yang ku ketik.

semoga layunya semangatku hanya berupa koma.