Rabu, 24 September 2014

dua puluh empat jam

pagi selalu berisikan dengan pengharapan dan rutinitas. pengharapan dalam sebentuk doa di subuh hari, kala bulan masih terjaga. pengharapan saat melihat matahari terbit dengan bulan pucat sisa semalam pada langit pagi kebiruan tepat diseberangnya. pengharapan dalam setiap hirupan nafas yang terlalu dingin untuk dihangatkan konka hidung. pengharapan pada bebungaan bougainvillea yang semarak berhias dalam beberapa tingkat warna merah muda hingga ungu. pengharapan pada first flush dari pucuk merah yang merona, atau merah terang dari bunga flamboyan di kejauhan mata memandang.

juga rutinitas. sarapan pagi dengan porsi sedikit, segelas jus atau teh terlampau panas. derap air dingin menyentuh kulit tiba-tiba menyengat mata yang masih terbenam dalam kantuk bekas semalam tidur terlalu larut. bau mint pasta gigi. mengejar bus yang selalu padat. berkawan dengan macet dan polusi yang terlalu merepotkan untuk dipikirkan, kembali terlelap lagi sebelum memulai penatnya hari.

siang berisi percakapan hangat dan makanan. keramaian dan keriuh-rendahan bising saat mulut tak berhenti berkicau tentang apa saja. tentang dosen, tentang kuliah genetika yang semakin lama semakin membingungkan, tentang kawan, tentang canda yang berulangkali diceritakan. suapan nasi campur kuah soto, gado-gado, bekal makan siang bawa dari rumah dengan jamur kuping yang kelewat pedas tapi menggiurkan. es teh manis, es jeruk, jus alpukat, air mineral seharga dua ribu untuk satu setengah liter. kembali rehat dan berdoa. matahari terlampau terik ketika badan keluar dari laboratorium yang dingin di jalan menuju masjid. air wudhu berasa karat. pepohonan beringin dan bunga-bunga putih kersen. langit biru menyilaukan dan semilir angin yang hangat menerpa tubuh yang lelah di beranda masjid; sebelum kembali larut dalam rutinitas.

sore hari yang singkat berisi tawa dan pusing, tak lupa semangat menjelang pulang. tawa. tawa lagi. diskusi hangat penuh manfaat. kadang berisi ekologi makan, kadang tentang suara, kadang hanya tertawa saja. ada pula rapat yang membuat pusing atau kelas sore yang terasa makin mumet ketika setiap inci otak sudah membayangkan rumah yang hangat dan nyaman.

malam tiba. udara terlalu dingin untuk seseorang yang batuk ketika suhu sore sudah mulai menurun mencapai malam. doa dan pengharapan–supaya jalan pulang lancar dan cepat sampai di rumah. lampu jalanan. percakapan berat tentang kami yang masih belum selesai atau sekadar menyanyikan lagu di jalan pulang. bus yang kadang terlalu penuh kadang juga terlalu kosong. lebih banyak lampu jalanan dan angin malam yang dingin sedikit jadi penghiburan dalam penutup penatnya hari.

dan rumah. kembali pulang. makan malam dalam kesendirian. ibu ayah dan adik sudah makan pukul tujuh tadi. kamar yang hangat, tumpukan buku-buku. tugas-tugas sisa siang dan sore tadi. terlampau lelah dan ketiduran mengerjakannya atau justru terlalu semangat hingga tiba-tiba jadi tidur terlalu larut. lagi, tengah malam. hanya bulan dan doa yang menemani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar