“ Kapan saya harus melihat dunia?
Hampir semua ajaran luhur memiliki
apa yang disebut: melakukan perjalanan. Itu ritual klasik manusia—dalam kasus
tertentu bahkan masuk dalam ritual suci agama. Kenapa kita harus melakukan
perjalanan? Agar bisa melihat banyak hal. Kenapa kita harus melihat banyak hal?
Well, jawabannya panjang lebar, pendeknya mungkin agar kita bisa tahu ada
banyak perbedaan dan persamaan setiap bangsa dan tempat. Itu selalu memberikan
pemahaman hidup yang baik. Saya tidak akan berlama-lama membahasnya, karena
tulisan pendek ini fokusnya bukan itu. Melainkan menjawab pertanyaan: kapan
saya harus melihat dunia?
Secara sederhana ada tiga fase
kehidupan manusia. Masa kanak-kanak, masa muda, masa tuanya. Menurut konsep
(lagi-lagi) sederhana:
- Masa kanak-kanak itu memiliki ciri: punya banyak waktu dan banyak energi, tapi sayangnya tidak punya uang.
- Masa muda memiliki ciri: punya sedikit uang dan energi, tapi sayangnya tidak punya waktu.
- Masa tua memiliki ciri: punya banyak uang dan banyak waktu, tapi tidak tersisa lagi energi
Kapan saya harus melihat dunia?
Jawabannya adalah sekarang. Lakukanlah di masa muda kita. Itu benar, kebanyakan
dari kita masih sekolah atau kuliah, kalaupun bekerja, baru merintis karir
pekerjaan. Tetapi sekaranglah saat keemasan untuk melihat dunia. Mumpung masih
punya energi, tenaga. Mumpung masih bisa berlari semau yang kita inginkan,
mendaki setinggi yang kita mau, menyelam sedalam yang kita kuat, tanpa harus
mencemaskan banyak resiko. Tapi kan itu semua butuh uang? Itu tidak terlalu
tepat, melihat dunia tidak selalu membutuhkan uang banyak. Nah, yang pasti,
melihat dunia jelas membutuhkan niat yang banyak.
Saya mengenal orang tua yang mulai
melihat dunia ketika mereka berusia lima puluh; apakah itu terlambat? Tentu
tidak. Bahkan boleh jadi jauh lebih siap, punya uang, mapan, tidak perlu
mencemaskan banyak hal, bisa melakukan perjalanan mewah. Tetapi jika mereka
bisa kembali ke masa muda, perjalanan yang dilakukan di masa muda, boleh jadi
akan lebih spesial dan memberikan wisdom tak terbilang saat ini. Atau, ketika
masa tua datang, mengulang perjalanan masa muda, bisa jadi momen nostalgia yang
spesial.
Berangkatlah melakukan perjalanan.
Tengok banyak sudut dunia—meskipun dunia ini bulat, jadi tidak ada sudutnya.
Datangi banyak tempat, pelajari banyak hal. Kita kadang salah paham dalam
banyak hal. Kita kadang salah paham dalam banyak, simply karena kita tidak
mengenalnya dengan baik. Kita tidak tahu betapa indahnya sesuatu, simply karena
kita tidak mengenalnya dengan baik. Sesuatu yang istimewa itu boleh jadi datang
dari hal-hal penuh misteri. Dan kalau saya boleh bergurau, peperangan dunia ini
bisa berkurang banyak jika orang saling mengenal dengan baik.
Berangkatlah! Jangan menatap dunia
dari jendela itu-itu saja. Jika punya keterbatasan, lakukan dalam skala
terbatas. Menyisir kota, kampung tempat tinggal sendiri juga perjalanan melihat
dunia. Kita tidak bicara soal jumlah, jauh, seberapa banyak, kita bicara
tentang melihat dunia. Maka semoga itu bisa mencerahkan. ”
Ini saya ambil dari facebooknya
Tere-Liye.
Cantik, seperti biasa, juga
menggugah.
Tidak ada salahnya benar-benar menuliskan satu daftar harapan untuk
melihat salah satu dari breathtaking-scenery di muka bumi. Tidak ada salahnya
meng-agendakan pergi ke luar kota bersama teman. Tidak ada salahnya pula
membulatkan niat dan merencanakan dengan matang pergi ke kampung halaman
bersama adik—hanya berdua. Tidak ada salahnya esok pagi mengajak ayah berjalan
berkeliling daerah sekitar dan tidak menolak ajakannya untuk berjalan di sawah
suatu waktu saat berlibur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar