Selasa, 12 April 2016

April

Weekend pertama di bulan April, gue jalan-jalan ke pulau. Kuliah lapangan dan ada Yule serta Me disitu. Dari mulai berhasil ngiden jenis (berdua) sama Yule, nemu jenis yang unik, kena getah Lannea, sampe kena semut bakau yang bikin gosong hingga gosong beneran pas berjemur nemenin anak-anak ngambil awetan alga. Bisa ngobrol banyak sama beberapa orang hebat. Having a good time sama temen-temen seangkatan yang ikut juga. Terus manjat tower untuk ngeliat sekeliling pulau yang katanya surganya burung. Kemudian nontonin sunset di pulau. Dan kuliah lapangan diakhiri dengan nongkrong di Ricis dalam keadaan sangat gembel, gosong, dan kepedesan. Walaupun konsekuensinya adalah meninggalkan beberapa kewajiban di belakang (revisi yang direncanakan maju per Senin tanggal 4).

Tapi, yah, dosennya aja kuliah lapangan, ngapain mikirin revisi. Tarakdungces.

I forgot to change the camera setting hff, hated the yellow datemark. A clear sky, offshore Jakarta.
Minggu berikutnya dimulai. Senin ngejar dosen, sampe nangis gara-gara suatu hal. Selasa ngejar lagi. Rabu ngejar lagi. Kamis ngejar lagi. Jumat ngejar lagi. Ditambah kewajiban rumah yang harus diurus karena mama sakit. Tenggorokan mulai gatel, langsung minum suplemen tiap hari dengan harapan jangan sampe ambruk di tanggal maju (Senin, 11 April 2016).

Sabtu full ngajar sampe nyaris tepar. Tepar parah. Minggu istirahat sambil ngurusin keperluan maju. Ada sesuatu yang bikin gonjang-ganjing karena nyaris aja besoknya batal maju karena penguji gue…baru nerima berkas in the very last minute.

Senin. D-day. Hari H-nya.

Akhirnya gue nyampe di tahap ini setelah ditinggal oleh nyaris setengah kelas. Meskipun hitungannya cepet juga karena gue baru sekitar 10 kali bimbingan, dengan 4 kali bimbingan sebelumnya terhitung hanya mikirin konsep.

Gue dateng sedikit meleset dari perkiraan (semeleset-melesetnya gue tetep aja kepagian). Langsung nyiapin ruangan bareng Deka. Nunggu temen seperjuangan yaitu Mai dan Aul yang sama nasibnya hari ini. Mai dateng, gladi bersih karena dia maju pertama. Kemudian Tante Aul yang dari tangga aja her heavy footsteps already could be heard clearly.

Mai maju setelah penonton cukup. Gue udah mau siap-siap ngafalin teks buat maju karena habis Aul gue bakal maju.

Aul maju.
(Saya grogi ketika diminta jadi pembimbing karena topik Aul ini sangat kontemporer, kekinian. Gils, Tante walopun perang dingin tapi jadi yang paling dibela sama Bapak A1)

Sampailah waktu harusnya gue maju. Tapi… penguji gue ga ada… gue hanya bisa merosot di kursi. Hafalan gue udah kesana kemari gatau lagi gimana. Nelfonin. SMS. WA.

Deka maju, karena penguji dia lengkap. Gue di longkap.

Dan gue ga ngerti lagi. Udah ga ada apa-apa lagi di pikiran gue. Kayaknya gue diundur atau maju dua kali. Entah seneng karena gue sama sekali ga ngafalin apa-apa, ataupun sedih karena gue gamau ketinggalan bareng temen-temen yang mau jalan bareng gue dan membuktikan Bapak A2 marah sama gue, serta gue gamau ngeluarin uang lagi buat konsum yang mihil.

Because duit ni habis kerana hanya untuk print sana-sini dan makanan.

Kemudian sekitar 10 menit sebelum waktu jatah Deka abis pas lagi dikomenin oleh pembimbingnya. Bapak A2 dateng.

Sumpah gue ga ngerti lagi.

Skip.

Akhirnya gue maju. And things go ever so smoothly.

It’s like the calm after the storm. Setelah gue berpusing-pusing berpanik-panik gue maju dengan sangat kalem. Kalem. Kalem banget. Atau saking stressnya gue mati rasa, gue gatau juga.

Kemudian semuanya selesai. Meninggalkan gue yang bawa revisian enam rangkap pake kantong kresek toko kue. Dengan sisa uang 30 ribu buat makan sama ongkos pulang. Dan beberapa teman baik yang tersisa, Uce, Yule, dan Afel.

Setelah Dzuhur yang kelewat siang gue makan Indomie telor paling enak dalam hidup gue sambil ngetawain temen yang salah beli warna lipstick. Tapi ya gitu, setelah gue ngobrol sama Aul, mengulang kembali ingatan gue tentang Me usai kejadian serupa. Ketawa tapi nyawa lo ga disana. Kehantui sama berbagai macam hal, entah itu revisian, ambil data, bahkan kelelahan karena ribetnya ngurusin tahapan ini.

Setelah Ashar yang kesorean juga gue sempet tidur-tiduran di MUA sama Aul. Baru kemudian memutuskan pulang.

It’s a hard day. Or it was another hard day. Tomorrow, we'll start anew.

"Tapi ini baru babak, belum belur, apalagi bilurnya." Bijak seorang teman. 

Minggu, 28 Februari 2016

The Little Prince

[keluar dari tumpukan revisi]

Tiga temen gue udah wisuda. Tiga lainnya udah nikah. Sekitar delapan orang udah seminar pra. Sementara gue masih begini-gini aja, lari dari kepahitan dan kepusingan sambil nulis entri baru buat blog.

Beberapa hari lalu gue nonton The Little Prince.. dan seperti biasa.. banyak hal yang bikin gue mikir kesana kemari. Selalu ada beberapa sisi setelah kita melihat segala sesuatu dari berbagai segi. Selalu.

Pertama gue kenal buku The Little Prince itu milik kakak sepupu gue. Edisi bahasa Indonesia yang terlalu mumet untuk dipahami sama anak umur 10 tahun. Tahun dan tahun berlalu, setelah gue mulai bisa dan biasa baca buku bahasa Inggris, gue penasaran sama buku tersebut dan baca edisi bahasa Inggrisnya di internet. Tiap chapter dengan rajin gue baca sebelum tidur. Kata-kata yang indah gue kutip. Kadang gue tulis ulang di catatan.

Karena penasaran, gue akhirnya baca buku edisi bahasa Indonesia. Singkat, mungkin dua / tiga jam selesai. Tapi gue masih lebih suka edisi bahasa Inggris. Dan mungkin kalo gue bisa bahasa Prancis (ngarep dulu yha) gue akan lebih suka itu.

Sebetulnya waktu trailer filmnya release gue bertekad dengan segala daya dan upaya harus nonton di bioskop. Karena banyak yang gatau filmnya, rata-rata temen nolak, dan karena jadwalnya agak miss sama jadwal gue akhirnya gue gak nonton juga. Yah, yaudah. Ngobatin sedih, gue dengerin soundtracknya, yang parararipurura itu (lupa judulnya apa) sama yang milik Gabrielle Aplin.

Ada satu temen nawarin ngopi film tersebut sekitar sebulan kemudian tapi guenya males jalan karena waktu itu lagi sibuk apa, gitu. Mau download sendiri juga mager. Akhirnya gue ngopi sama temen kampus seminggu lalu secara kebetulan, barter sama program SPSS yang nangkring di laptop gue sejak entah kapan.

Oiya, balik lagi. Ada beberapa pikiran, renungan tentang film itu. Intinya disitu.

Satu. Mungkin benar bahwa di mata kanak-kanak, orang dewasa itu membingungkan. Penuh dengan kehati-hatian yang tidak jelas makna dibaliknya apa. Terutama rutinitas. Rutinitas adalah bagian dari kehidupan. Makan, tidur, kerja, kuliah / sekolah—gak ada waktu have fun dengan diri sendiri. Ga ada lagi waktu-waktu baca novel sambil begadang-begadang. Kita terlalu sibuk begadang untuk kerjaan dan mengabaikan kesenangan diri kita. Kita lelah. Kemudian mencari kesenangan yang juga berupa rutinitas lain, window shopping di mall, stuffing good food di mulut, ketika kita tahu; bahwa yang kita butuhkan adalah waktu refleksi, being alone with your own self, being comfy in your very own shell, self.

Banyak pertanyaan, seperti mau kerja dimana, mau lulus kapan, gimana revisi. Dan lain-lain. Dan. Lain. Lain.

Dua. Bagian paling gue suka dari The Little Prince adalah tentang membangun ikatan (to establish ties), tentang berteman, tentang meletakkan kepercayaan pada seseorang, tentang cinta. Sekarang, hal semacam itu terasa makes sense. Ketika pertemanan atau hubungan bukan lagi terjadi begitu saja. Ada keperluan bahwa hubungan manusia antar manusia itu memang harus dijaga dan dipertahankan. Baik dengan teman, kolega, pacar, juga keluarga. Gue suka bagaimana The Little Prince menggambarkan ke-universal-an perasaan. Bahwasanya, perasaan itu bukan lagi hal yang rumit, melainkan jelas polanya meskipun berada dalam bentuk yang berbeda-beda.

(Yaiyalah kan ga mungkin juga di dunia nyata gue temenan sama rubah dan punya kekasih hati yang ephemeral laiknya bunga mawar) (Mungkin juga sih, kenapa lumut itu unik buat gue sementara yang lain engga soale gue telah putting effort to understand them all too well) (Yha) (Kemana-mana) (Ya inilah paradoks mahasiswa biologi)

Kemudian tentang indahnya perasaan. Ada sesuatu tentang angkuhnya mawar yang tetap membuat ia tetap harus dicintai, ada suatu kecurigaan tentang rubah yang tetap membuat ia tetap jadi teman dari si Pangeran. If you love someone’s good sides, you have to withstand their bad sides too. Karena orang-orang terdekat lo selalu datang dalam paket lengkap yang didalamnya ada baik dan buruk sekaligus. Kalo kata buku detektif lama yang duluuu banget gue baca: “Orang itu bukan sekaleng cat yang kalau putih, putih semua dalam satu kaleng. Atau hitam, hitam semua dalam satu kaleng. Orang ya pasti selalu punya banyak sisi, bahkan lebih dari sekedar hitam atau pun putih.”

(Sepakat. Way to describe people is: Hundred shades of grey)

Dan tangisan. You run the risk of weeping a little, if you let yourself get tamed. Itulah yang terjadi di beberapa bagian dari hubungan emosional. We get emotional. We cry, a lot, a little. We just can’t help it. We get sad when they’re sad, sick, also tired. Bahwa kesedihan adalah efek samping yang terjadi ketika membangun sebuah hubungan. Bahwa kesedihan adalah hal nyata ketika membangun hubungan yang emosional.

Ketiga. Hm. Apa ya. Tentang bintang. How useful to convert their heat into source of electricity? Tapi bukan tentang itu. Tentang harapan. Tentang bagaimana orang-orang tanpa harapan bekerja layaknya zombie. Langkah teratur penuh kantuk dengan kepala tertunduk. Dan tentang bahwa objek indah seperti bintang (atau yang lain yang disediakan alam untuk sekadar sightseeing) membuat kita berharap, membuat kita mengenang sesuatu, juga tentang kenangan yang tidak selamanya harus kita tanggalkan dan tinggalkan. Mengatur kenangan menjadi harapan dan mimpi indah mungkin boleh dilakukan ketika kita merasa lelah dan hilang arah. The stars will guide you home (maybe yes, maybe no). Kenangan adalah pengalaman, pendidikan. Kenangan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dengan apa kita sekarang. Semua orang bergantung kepada kenangannya (meskipun kita punya tendensi untuk mengubah kenangan jadi lebih baik di otak kita) dan gue harap.. our memories will do us a good thing.

Keempat, tentang kematian adalah kepastian. Kehilangan adalah hal yang tidak bisa dihindari. We’ll have to deal with losing. Gue suka bahwa The Little Prince menyukai matahari terbenam. Ada kalanya ditinggalkan atau kehilangan, namun dengan cara yang tepat yang menjadikannya indah. 

(Seperti lulus, misalnya, uhuk)

Kelima. Apa ya. Udah kali ya. Sebetulnya waktu nonton sih ada banyak yang kayaknya nyelip di pinggir-pinggir otak. Cuma ya.. ya.. udah lupa juga kali ya.. Anyway, gue suka sih sama animasinya, gimana ya, cantik aja gitu. Dan endingnya, meskipun gue denger dari temen gue katanya endingnya kurang.. gimana ya.. tapi buat gue ending film-nya sangat menarik. 

(Sebagian besar sih karena gue ga ngerti ending bukunya)

Ya udah, itu aja rant gue tentang The Little Prince. Ada beberapa bagian yang memang belum gue ngerti. Tapi, siapa tau kan, seiring berjalannya waktu gue akan ngerti. Karena, dari yang gue alami, buku The Little Prince mungkin bukan bacaan anak-anak; ketika yang ngerasa tersentuh adalah orang-orang dewasa, ketika gue ngerasa ceritanya yang klasik justru bisa sangat relevan dengan beberapa keadaan masa kini.

Senin, 11 Januari 2016

semacam kesenangan kecil

Jawaban dari '30 Question You Should Ask Yourself Before 2016'

Post baru di 2016 ceritanya, cie.

1. Selesai KKN (sebulan di kampung orang dengan teman teman yang hebat) dan PKM (ngajar di SMA, anak SOS pula), terus dapet………….sertifikat ucul ucul gitu
2. Ngeliat beberapa temen udah seminar pra itu keitung motivasi ga? Ka Hanny dan Helmi, juga Afifah daaaaan Ibu Dospem PKM juga Mr. Dan sopo gitu ya gue nge-fans
3. I didn’t get time to read (fiction), sadly. Melihat Api Bekerja will do since I loved every phrase there
4. Jess Glyne Why Me, Clean Bandit New Eyes Album, 2LSON 1 Year Album
5. Bareng temen-temen kampus bak mini album yaitu 7 single dengan 1 bonus track #BHY I laughed hard with ‘em since we’ve got so many ‘in’ jokes together
6. A Brilliant Young Mind is a must watch
7. PKM (nailed it meskipun……..punya teammate bangcat bangcat)
8. Since I don’t read many books so:
       Kantuk yang kauabaikan: (1) kelelahan oleh ulah tanggung jawab yang pura-pura kau tunaikan, (2) kesedihan karena kau selalu gagal jadi perayaan, (3) kesepian yang tidak mampu disembuhkan riuh dunia, (4) kecemasan yang kau rahasiakan dengan senyum lebih menyerupai mata pisau.

      Berhentilah. Sejenak saja.

      Di ujung sajak ini kusiapkan sebotol obat tidur dan segelas kopi untuk kauberi pertanyaan.
(Aku Menunggu di Kantukmu, Melihat Api Bekerja, M. Aan Mansyur)

9. I made several good laugh, ate several good food, and took several good rest.
10. Books. I’d like to read more. Tapi please skripsi juga mau selesai, please. Trips, more of it, alone or with some close people (gue gagal ke Bali backpakeran sama dede-dede gara-gara UAS)
11. PKM (iya). Tiba-tiba ngemsi di suatu acara (kecil sih tapi tetep aja). Flea market. Marathon film. Sekeras itu ngabisin duit di akhir tahun (peace out)
12. The people! (except teammate PKM)
13. Selalu ada berbagai sudut pandang dari setiap masalah, coba untuk lihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang—jadilah toleran. (Ini dari adik gue yang berumur 15 tahun, kita ngobrolin ini sambil makan)
14. *Insert foto Steam, Fountain, and Koi. Malem-malem bareng Adhita dan Anggita. Ngaso lucu di bangku nyaman*
15. Saya sayang kalian meskipun kadang tidak terlihat. Saya sayang masing-masing dari kalian. Maafkan saya karena mengeluarkan uang terlalu banyak. Saya akan usaha lebih keras dari ini di tahun ini. Dukung saya ketika saya jatuh, saya sering tersandung.
16. Way back home, at night. Since I don’t very often go on trip as the past semester so I guess a way back home alone makes me so being me. And also, being a teacher (ahem) makes you lost so much of your alone time, not that I hate it, but I got very tired when arrived at home.
17. Home, is where I belong. Home refers to home and family, friends, and KSP.
18. Ayam bakar madu kampus dan es jeruk blender kampus. Comfort food. Roti bakar keju coklat kampus juga jangan lupa! Terus yang paling bikin khilaf adalah makanan lebaran (lupa namanya) makannya pake acar yang banyak!
19. Nge gosip. Ngomong jahat. Maaf tapi………. Itu enak banget.
20. Cewek cool sedesa KKN. Emang gue cool pisan haha
Kak, kakak asik banget kak
21. Kunyiters. Students. Fams (Mom and Littlest Bro)
22. Rok item yang belahannya dimana-mana itu!!! Pake rok tapi tidak berasa pake rok. Terlihat anggun tapi tetep bisa lari kalo ngejar 47 yang makin jarang aja. Dan daster batik chevron rasta (batik chevron rasta banget?) jadi gemar pake daster gara-gara Dila.
23. College? Amin 2016 lulus ya Allah.
24. Ngomong ke orang duluan. Senyum. Kalo kesel pura-pura baik. Jadi kalem. Dandan.
25. See number 13
26. Nda inget. Entah karena saking banyaknya motivasi kalo di kelas atau ngobrol sama murid—atau emang ga pernah ngasih saran eh. Haha
27. Reading fiction. I don’t even read ebook (or did I read some but forgetting it?)
28. Skripsi sama kerjaan. Atau hal hal lain hehe
29. Fear nothing. Fear nothing. Gear up!
30. Lulus