Senin, 14 September 2015

bicara tentang

Dari segala hal yang mengganggu pikiranku, kenapa harus kamu?

Aku bertanya.
Dalam dan lamat-lamat.
-
Bicara tentang kamu; yang pernah dengan tenang menghabiskan senja bersamaku di beranda rumah. Kaki bersisian, mungkin saling bersilang. Langit disepuh warna oranye dari tepi hingga tepi. Atap rumah yang saling menumpuk berkilat keemasan. Tanganku bersidekap di dada, sementara tanganmu menggantung di palang beranda.

Tanpa ada kata, tanpa ada suara.
Masing-masing kita menatap ufuk berwarna hangat.
Kau berbicara sesuatu, tentang hidup.
Dan aku menjawabnya, sesuatu tentang hidup itu.
Semangat, kataku.
Kau mengangguk, menyandarkan dagumu di palang beranda.
Kita menghabiskan matahari hingga lenyap dan malam menggelap.
Larut dalam pikiran masing-masing.
-
Bicara tentang kamu; yang berlumur keringat dan bau, memaksakan baju-bajumu muat dalam kardus indomie. Kita duduk berseberangan di kamarmu yang penuh udara panas. Dahimu meneteskan peluh usai baju-baju itu terkemas. Bersiap dengan tali, kuraih kardus tersebut, mengikatnya hingga rapat.

Kau tersenyum, berterimakasih.
Beberapa kardus lagi dan kita selesai.
Sukses ya, kataku.
Kau mengangguk dan tersenyum.
Kemudian berterimakasih atas kadoku.
Sepatu biru yang entah masih kau kenakan atau tidak.
Kita selesai.
-
Bicara tentang kamu; yang terakhir kutemui lebaran tahun ini. Kita belum sempat marathon film horor sama-sama, kali ini. Bahkan tidak ada kata perpisahan yang terucap.

“KKN kemana, Ti?” Tanyamu, kantung koko putihmu terpercik kuah opor.

Aku menggeleng, mengunyah kue kacangku, “Belum tahu.”
-
Bicara tentang kamu; hujan pun turun.
Bicara tentang kamu; lagu rindu ini masih juga terus terlantun.
Bicara tentang kamu; hati ini masih biru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar